Senin, 05 November 2012

iklan perment mint

        Iklan selalu hidup dan berada kapan saja dan dimana saja dalam kehidupan kita.Keberadaan iklan dimulai di Inggris tahun 1472, melalui kemunculan iklan cetak berupa buku baru doa gereja yang ditempelkan di gerbang.
Surat kabar pertama yang terbit di London tahun 1650 mulai menggunakan iklan terselubung karena iklan belum ditata secara profesional. Di Amerika, surat kabar pertama yang memasang iklan pada terbitannya adalah Boston Newsletter 1704. Iklan dirancang sebagai headline yang memenuhi halaman depan surat kabar yang terbit secara berkala. Benyamin Franklin adalah orang pertama yang memperkaya informasi iklan dengan menambah ilustrasi sehingga efek iklan semakin kuat (Darmawan, 2005: 103-114).
Di Indonesia, pada masa perkembangannya,bentuk iklan bersandar pada bahasa verbal yang tertulis dan tercetak. Bahasa dalam iklan dituntut mampu menggugah, menarik, mengidentifikasi, menggalang kebersamaan,dan mengombinasinasikan pesan dengan komparatif kepada khalayak (Stan Rapp& Tom Collins, 1995:152). Struktur kata dalam iklan menggugah: mencermati kebutuhan konsumen, memberikan solusi, dan memberikan perhatian ; Informatif : kata-katanya harus jelas, bersahabat, komunikatif; persuasive : rangkaian kalimatnya membuat konsumen nyaman, senang, dan menghibur. Bahasa yang dipakai dalam iklan harus mengarahkan target audience untuk membeli, menggunakan, atau beralih pada produk jasa yang di iklankan.
              Gaya bahasa yang dipakai harus disesuaikan dengan siapa ia berbicara, bagaimana kebiasaan perilaku, di mana mereka berada. Akan tetapi ada yang berpendapat bahwa bahasa dalam iklan terkadang dipandang menarik, jika bersifat main-main, atau menurut Hakim (2006) bersifat “lanturan”.

“Ini pensil, ini permen mintz, daripada gigit pensil mending gigit mintz, jelek iklannya?biarin. yang penting mintz. Permen enak, permen enak, permen enak”
Narasi diatas merupakan narasi yang terdapat dalam iklan produk permen “mintz”, tanpa analisa lebih jauh, kita dapat memastikan bahwa iklan diatas tidak lah mengikuti “persyaratan” yang baik dalam membuat iklan. Seperti yang telah dipaparkan diatas struktur kata dalam iklan menggugah: mencermati kebutuhan konsumen, memberikan solusi, dan memberikan perhatian ; Informatif : kata-katanya harus jelas, bersahabat, komunikatif; persuasive : rangkaian kalimatnya membuat konsumen nyaman, senang, dan menghibur. Bahasa yang dipakai dalam iklan harus mengarahkan target audience untuk membeli, menggunakan, atau beralih pada produk jasa yang di iklankan.
Namun, dalam iklan mintz sepertinya kita tidak dapat rasa tergugah karena tidak memberikan perhatian kepada konsumen, karena ada kesan pembelaan dari permen mintz dalam narasinya “jelek iklannya?biarin. yang penting mintz” yang menunjukan ketidak perdulian, selain itu iklan permen mintz juga tidak informative, karena kata-kata yang digunakan tidak jelas, tidak bersahabat, tidak komunikatif, dan tidak juga persuasive. Rangkaian kalimat yang digunakan dalam narasi justru cenderung egois dan tidak menumbuhkan rasa ingin membeli produk tersebut. Jika dilihat dari segi bahasa juga tidak tepat karena apabila kita menerjemahkan kata “chewy” karena permen mintz merupakan “chewy candy”  yang berarti kenyal maka kata kerja gigit dalam iklan tidaklah tepat digunakan sebagai pengganti narasi “daripada gigit pensil mending gigit mintz”. Secara keseluruhan iklan permen mintz ini bukanlah contoh iklan yang baik, namun agak sedikit cukup menghibur dengan narasi iklan yang lumayan ngawur.


refrensi : http://ramenoodlebercerita.wordpress.com
http://ayuniqurrata.blogspot.com/2012/04/permen-itu-enak.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar